Saat kandungan berusia 12 minggu, jenis kelamin bayi di dalam perut biasanya sudah dapat diketahui lewat USG. Namun untuk memilih jenis kelamin anak nantinya, banyak orang yang kebingungan. Ada beberapa penemuan yang diyakini bisa membantu.
Beberapa pasangan berharap punya bayi dengan jenis kelamin tertentu. Zaman dulu, banyak orang tua berambisi punya anak laki-laki dengan tujuan dapat melestarikan marga dan keturunannya. Maka orang menciptakan berbagai metode untuk menentukan jenis kelamin anaknya.
Seperti dikutip dari Listverse, Selasa (22/1/2013), cara-cara tersebut yaitu:
1. Penghitungan kalender China (chinese gender chart)
Secara ilmiah, metode kuno ini jelas dipandang sebelah mata karena dianggap tidak rasional. Kepercayaan orang-orang China kuno adalah bahwa tanah, udara, api dan air dalam roh dari orang tua diyakini mempengaruhi keberuntungan dan bisa memberi bayi dengan jenis kelamin yang diinginkan. Namun survei menemukan tingkat keberhasilannya hanya 50%, jadi hanya masalah keberuntungan.
2. Metode dr Landrum Shettles
Menurut survei, metode yang diciptakan dr Landrum Shettles diklaim memiliki tingkat keberhasilan 60% bagi pasangan yang ingin anak laki-laki dan 65% bagi yang ingin anak gadis. Caranya, jika ingin anak laki-laki, maka hubungan seks sebaiknya dilakukan sedekat mungkin dengan masa ovulasi istri. Tapi jika ingin anak gadis, sebaiknya dilakukan 3 - 4 hari sebelum ovulasi.
Teorinya, gamet ayah yang membawa kromosom X untuk perempuan ukurannya lebih besar dan lebih lambat, tapi hidup lebih lama. Sedangkan gamet pembawa kromosom Y untuk laki-laki lebih kecil dan lebih cepat, namun umurnya lebih pendek.
3. Metode Diet
Para ilmuwan percaya bahwa pola makan wanita mempengaruhi tingkat keasaman saluran reproduksinya. Gamet dengan kromosom Y untuk laki-laki berkembang dalam lingkungan basa, sedangkan gamet kromosom X lebih suka lingkungan asam.
Jika pasangan ingin anak gadis, maka harus makan banyak ikan, selada dan minum susu atau makanan yang kaya kalsium. Jika ingin anak laki-laki, maka harus makan banyak daging, natrium dan telur atau makanan kaya protein. Survei menunjukkan tingkat keberhasilannya mencapai 80%.
4. Metode O +12
Seorang ibu di Australia bernama Kynzi menemukan metode ini. Dia punya 6 anak, 5 di antaranya dihasilkan dengan metode Shettles dengan harapan mendapat anak gadis. Karena selalu gagal, ia memutuskan mencoba membuat bayi 12 jam setelah tanda-tanda ovulasi usai dan ternyata berhasil.
Teman-temannya ikut mencoba metode ini dan banyak yang akhirnya punya anak gadis. Selama lebih dari 12 tahun, tingkat keberhasilan yang didokumentasikan adalah sebesar 70%.
5. Metode The Ericsson
Metode ini diciptakan oleh Dr Ronald Ericsson yang terinspirasi oleh metode Dr Shettles. Ericsson bereksperimen dengan menaruh sperma dalam tabung reaksi berisi air. Harapannya agar gamet dengan kromosom Y bisa cepat berenang menjauh dibanding gamet X yang lebih lambat.
Dengan demikian, dia dapat membuat 2 sampel dengan gamet yang berbeda di dalam tabung. Selanjutnya, dilakukan inseminasi buatan dengan sel telur perempuan sesuai jenis kelamin yang diinginkan. Ketepatannya diklaim sekitar 70% - 80%.
6. Microsort
Cairan semen diletakkan dalam sebuah alat pemutar. Gamet dengan kromosom X yang lebih besar akan berputar ke luar sehingga gamet dengan kromosom Y bisa tertinggal. Tujuannya agar dokter bisa memilih gamet mana yang diinginkan oleh pasangan. Metode ini diyakini memiliki efektifitas 70% - 80%.
7. Pre-Implementation Genetic Diagnosis (PGD)
Metode ini sangat kontroversial dan ilegal di sebagian besar negara. Biayanya amat mahal dan awalnya dikembangkan dengan tujuan untuk menghindari cacat lahir. Caranya, beberapa zigot yang dibuahi dalam cawan petri dibiarkan berkembang selama beberapa hari.
Dokter lalu mengetes apakah zigot memiliki kromosom XX (perempuan) atau XY (laki-laki). Embrio yang diinginkan lalu diinseminasikan ke rahim ibu, sisanya dibiarkan mati. Prosedur ini dinilai memiliki efektifitas lebih dari 99%, namun sebagian besar orang menganggapnya sebagai pembunuhan
8. Metode Selnas
Pada tahun 1985, Dr Patrick Schoun menemukan bahwa gamet X sedikit bermuatan negatif dan gamet Y bermuatan positif. Sel telur sering berganti muatan listriknya sehingga terkadang menarik gamet perempuan dan menolak gamet laki-laki, atau sebaliknya.
Dari hasil pengamatan, dr Schoun menciptakan rumus untuk menentukan kapan sel telur mengganti muatan listriknya. Dia membuat grafik tanggal bagi setiap kliennya dengan biaya 400 US Dolar atau sekitar Rp 3,9 juta per tahun. Grafik ini dapat digunakan untuk mencoba menentukan jenis kelamin anak dengan tingkat keberhasilan 87%.
9. Metode Jonas
Dr Eugen Jonas adalah psikolog yang risih ketika Hungaria melegalkan aborsi di tahun 1956. Dia ingat ayat dari Alkitab yang menyatakan bahwa kesuburan wanita ditentukan olah bulan. Maka dia menggunakan astrologi untuk menentukan kesuburan, kesehatan dan jenis kelamin anak.
Dia mengklaim dapat membantu meningkatkan kesuburan pasangan dan memiliki anak sehat dengan jenis kelamin yang diinginkan. Banyak yang menganggap Jonas gila, namun ia dan istrinya berhasil memiliki 11 anak yang sehat, semuanya direncanakan dengan menggunakan teorinya.